HMI adalah organisasi pekaderan, sehingga tidak aneh jika kedekatan antar kader dinilai sangat erat, hal ini terlihat ketika di setiap aktivitas komisariat yang masi kental dengan diskusi antar kader maupun kader dengan alumni. Hal ini pastinya tidak dapat dianggap remeh, sebab diskusi akan menghasilkan gagasan baru yang didapatkan oleh kedua pelah pihak. Hal itulah yang menjadi ciri khas HMI dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dengan beriringnya zaman, kegiatan diskusi dikomisariat mulai luntur. hal ini didukung dengan karakter mahasiwa saat ini, jika dilihat dari karakter mahasiswa saat ini. mereka memiliki sifat yang tidak mau ribet dan lebih suka dengan hal-hal yang sifatnya praktis, sehingga tidak aneh jika mahasiswa saat ini di sebut sebagai generasi centenial. sebuah sebutan bagi generasi yang lahir pada tahun 1995 hingga 2010.
Perubahan sifat yang sangat drastis dari generasi sebelumnya, menjadikan pola perkaderan juga mengalami perbedaan yang drastis, jika generasi sebelumnya kegiatan diskusi di komisaraiat menjadi sarana untuk mencari pengetahuan dan menambah reverensi baru. Mahasiswa saat ini sudah disajikan materi-materi yang dapat meningkatkan pengetahuanya dapat diakses dengan mudah digadget masing - masing kader. terlebih efek covid 19 ini, kita di minta untuk menjaga jarak dan belajar dari rumah atau jarak jauh, menjadi faktor mendukung untuk mahasiswa atau kader hmi saat ini lebih suka belajar dari jauh. sehingga inilah yang bisa menjadi salah satu faktor aktivitas diskusi dikomisariat berkurang.
Perbahan sosial yang terjadi dikader hmi tidak hanya diskusi tatap muka, melainkan benefit apa yang akan dia dapatkan ketika waktu yang telah diluangkan untuk aktivitas organisasi, dalam hal ini organisasi hmi. hal ini tidak bisa dipungkiri, sebab ini merupakan karakter dari generasi centenial. sehingga, organisasi saat ini seharusnya sebagai wadah belajar ideologi dan skill. sebab, framing yang akan muncul ketika mahasiswa bergabung hmi,dia hanya akan belajar ideologis yang berhaluan dengan politik praktis. pendapat ini pastinya tidak semuanya benar dan tidak pula salah. sebab dalam realitanya demikian yang terjadi. meskipun di hmi sebetulnya sudah ada wadah untuk mengembangkan skill kader hmi, yaitu bakornas pb hmi dan lembaga profesi. akan tetapi, dilihat dari realitanya, lembaga tersebut seakan sulit diimplementasikan di tataran komisarat. sebab lagi-lagi, framing lembaga profesi hanya ada di tingat cabang, selain itu. jika dipaksakan adanya lembaga profesi di tingkat komisariat, hal ini akan menjadi masalah baru dalam penyusunan personalia dan program kerja antara pengurus komisariat dan pengurus lembaga profesi ditingkat komisariat.
Melihat hal tersebut, maka perlu adanya konsep baru perkaderan yang dapat di implementasikan di tingkat komisariat dalam menghadapi tantangan tersebut. oleh karena itulah saya berpendapat bahwa pengurus komisariat harus membentuk komunitas yang disesuikan dengan tupoksi tiap bidang. dimana komunitas ini tidak memiliki struktur organisasi, hanya memiliki penangung jawab komunitas. dimana penangung jawab tersebut tak lain adalah departemen disetap bidang yang disesuikan dengan tupoksi bidang, seperti yang sudah saya jelaskan. konsep selajutnya ialah, dalam hal mengembangkan skill kader yang telah didistribusikan dikomunitas, maka program kerja komunitas tersebut merupakan program kerja dari pengurus. sehingga, pengurus tiap bidang membuat program kerja sesuai dengan sasaran yang tepat dan terukur. karena yang masuk dalam komunitas tersebut adalah kader kader yang ingin mengembangkan dirinya sesuai dengan fokus komunitas tersebut.
Konsep dasar dari solusi ini adalah kader yang ingin mengembangkan skill diarahkan ke komunitas sedangkan kader yang ingin belajar managerial diarahkan untuk menjadi pengurus. sehingga, output dari solusi ini jelas, yang telah berproses di komunitas komisariat bisa mengembangkan diri di lembaga profesi cabang hingga bakornas pb hmi. sedangkan kader hmi yang ingin fokus pada mangerial bisa mengembangkan diri untuk menjadi pengurus korkom, cabang, badko hingga pb hmi.
Ini merupakan pendapat saya secara pribadi, bisa dilakukan penelitian lebih lanjut ditingkat komisariat dengan metode kualitatif dan kuantitatif. selain itu, pengurus komisariat juga sangat perlu memperhatikan data sekunder dan data primer untuk menjadi rujukan untuk membuat solusi tersebut.
Ahmad Najmi Faris,S.Si
Ketua Umum HMI Cabang Malang Koordinator Komisariat UM 2019/2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar